Santo Basilius Agung menulis “On the Holy Spirit” pada tahun 375 M untuk membela keilahian Roh Kudus terhadap mereka yang menyangkalnya. Risalah ini membahas perdebatan teologis pada masa itu, terutama mengenai cara yang tepat untuk merujuk kepada Roh Kudus dalam doksologi (ungkapan pujian kepada Tuhan).
Poin-Poin Utama:
- Pembelaan Keilahian Roh Kudus:
- Basilius berargumen bahwa Roh Kudus sepenuhnya ilahi dan setara dengan Bapa dan Anak. Ia membantah klaim mereka yang menyatakan bahwa Roh Kudus adalah makhluk yang lebih rendah.
- Bahasa Teologis:
- Basilius membahas pentingnya menggunakan bahasa yang tepat dalam teologi. Ia membela penggunaan frasa “dengan Roh Kudus” dalam doksologi, menekankan bahwa ini mencerminkan kesetaraan Roh Kudus dengan Bapa dan Anak.
- Tradisi dan Kitab Suci:
- Basilius mendukung argumennya dengan merujuk pada Kitab Suci dan tradisi tak tertulis dari Gereja. Ia menyoroti praktik-praktik seperti tanda salib dan doa atas roti dan anggur dalam Ekaristi sebagai bukti keilahian Roh Kudus.
- Kesatuan Tritunggal:
- Risalah ini menekankan kesatuan dan kerja sama dari tiga pribadi Tritunggal. Basilius menjelaskan bahwa Roh Kudus terlibat dalam semua tindakan ilahi dan tidak terpisahkan dari Bapa dan Anak.
- Implikasi Praktis:
- St. Basilius juga menyentuh implikasi praktis dari keilahian Roh Kudus bagi kehidupan Kristen, termasuk peran Roh dalam pengudusan dan hubungan orang percaya dengan Tuhan.
Karya ini sangat penting untuk memahami perkembangan teologi Tritunggal dalam Gereja awal dan tetap menjadi teks yang signifikan dalam tradisi Kristen Ortodoks Timur dan Barat.